oleh

Sekolah di Badung Terancam Tidak Ikut UNBK

SALISMA.COM (SC),MANGUPURA – Ujian nasional (UN) tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kabupaten Badung, dirancang berbasis komputer. Program Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) di 2017 ini akan diikuti 61 SMP negeri dan swasta. Hanya saja, dari puluhan sekolah yang dirancang ikut UNBK, 14 di antaranya terancam tidak bisa mengikuti sistem tersebut lantaran keterbatasan tempat.

Demikian terungkap saat Dinas Pendidikan, Kepemudaan dan Olah Raga (Disdikpora) Badung, melakukan pemetaan (mapping). Belasan SMP yang terancam tidak dapat mengikuti ujian berbasis komputer adalah SMPN 4 Abiansemal sebanyak 377 siswa, SMPN 2 Abiansemal sebanyak 374 siswa, SMPN 3 Abiansemal sebanyak 607 siswa, SMP Widya Dharma 14 siswa, SMPN 4 Mengwi sebanyak 281 siswa, SMPN 2 Mengwi sebanyak 359 siswa, SMPN 3 Mengwi sebanyak 448 siswa, SMPN 5 Mengwi sebanyak 314 siswa, SMPN 1 Kuta Utara sebanyak 388 siswa, MTS Bina Insan Mulia sebanyak 18 siswa, SMP Cerdas Insan Sejahtera (CIS) 9 siswa, MTS Al Maarif 67 siswa, SMPN 3 Kuta Selatan sebanyak 194 siswa, dan MTS Baitul Amin dengan 26 siswa.

“Kami sudah melakukan mapping untuk sekolah yang siap mengikuti UNBK,” ujar Kepala Bidang Pembinaan Pendidikan Dasar Disdikpora Badung, I Made Mandi.

Memurut dia, hasil mapping telah diserahkan pada 18 Januari lalu ke Provinsi untuk meminta persetujuan. Untuk sekolah yang belum mendapat tempat untuk pelaksanaan UNBK tersebut recananya akan digabung. “Intinya kami akan menunggu persetujuan dari pihak Provinsi untuk kepastiannya. Mana yang bisa gabung SMA mana yang bisa gabung dengan SMP,” ucapnya.

Selain keterbatasan tempat, menurut Made Mandi kendala yang terjadi saat ini adalah belum memadainya fasilitas untuk mengikuti UNBK, seperti jumlah unit komputer dan ruang lab untuk pelaksanaannya. “Jumlah siswa dengan jumlah komputer yang tidak seimbang,” katanya

Selain itu, kendala lainnya yang dihadapi, kata Made Mandi adalah kebijakan yang mengatur bahwa pelaksanaan UNBK harus satu kali jalan dan tidak boleh terpotong. “Sementara jika jumlah siswa lebih banyak dari jumlah komputer jelas tidak bisa. Apalagi, bagi sekolah yang bukan penyelenggara dan menebeng di sekolah lain, pelaksanaannya tidak boleh terpotong harus selesai,” ujarnya.

Karena itu, pihaknya akan memberlakukan paper based test (PBT) atau ujian yang diselenggarakan secara tertulis dan menggunakan kertas. “Ujian diupayakan menjadi dua jenis yakni UNBK dan PBT, bisa saja sekolah yang belum siap ikut UNBK dapat mengikuti PBT,” ujarnya. (**)