oleh

Gelar Pameran di Paris, Oscar Lawalata Yakin Batik Bisa Eksis di Pasar Eropa

SALISMA.COM (SC) – Sekitar 100 kain batik karya perajin Indonesia menghiasi area salah satu sudut gedung markas Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan PBB (UNESCO), di Paris, Prancis, belum lama ini.

Dilansir wollipop, kehadiran wastra Nusantara tersebut merupakan bagian dari pameran ‘Batik for the World’ yang digagas oleh desainer Oscar Lawalata.

Malam pembukaannya diisi dengan peragaan busana Oscar serta dua desainer papan atas Indonesia Edward Hutabarat dan Denny Wirawan. Acara itu suskes memukau serib lebih tamu yang hadir.

Tujuan utama dari ‘Batik for the World’ adalah memperkenalkan batik sebagai warisan budaya Indonesia ke panggung dunia. Sekaligus sebagai perayaan sembilan tahun setelah UNESCO mengukuhkan batik sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi pada Oktober 2009 silam.

Tapi lebih dari itu, ajang yang didukung oleh Bakti Budaya Djarum Foundation ini juga sebuah upaya agar batik dipandang sebagai komoditas yang dihargai berkat filosofi serta keterampilan para perajinnya. Dengan demikian, batik memberi dampak ekonomis yang tinggi bagi perajinnya.

Butuh waktu setahun bagi Oscar dan tim yang terlibat untuk mewujudukan acara ini. Pasalnya, bukan cuma Indonesia, banyak negara lain yang ingin menggelar perhelatan serupa di UNESCO. Namun penantian lama tersebut akhirnya terbayarkan dengan antusiasme para tamu terhadap batik.

“Banyak di antara mereka yang baru tahu bahwa batik ternyata bisa dipakai juga untuk sehari-hari. Mereka juga penasaran bagaimana dengan cara pembuatan dan berapa lama prosesnya,” ungkap Oscar.

Desainer berdarah Maluku-Minahasa itu melihat hal tersebut sebagai signal bahwa Eropa adalah pasar yang potensial. Menurut Oscar, masyarakat Eropa sangat menghargai proses dan selektif sehingga batik bisa dipasarkan dalam kategori produk lukis atau premium, sejajar dengan merek high-end Eropa lainnya.

“Tinggal bagaimana kita menampilkan dan menceritakan prosesnya karena batik dihargai dari prosesnya,” tambah Oscar. Di samping itu, lanjutnya, batik kian dipandang unik lantaran tekstil tangan sudah mulai tergeserkan oleh mesin.

Di sela pembukaan Batik for the World, Oscar mengaku sempat bertemu dengan seorang buyer yang tertarik untuk memasarkan rancangannya. Jika ada permintaan dari buyers, Oscar dan para perajin siap untuk mengakomodasinya.

“Tapi, buyers kadang pikirnya lebih ke retail. Jadi kami harus pertegas bahwa busana batik ini produk eksklusif sehingga hanya diproduksi one piece,” terang Oscar.

Bukan tidak mungkin batik Indonesia dapat semakin mendunia sehingga kreativitas para perajin juga mendapat apresiasi yang lebih tinggi.

“Mudah-mudahan acara ini sesuai harapan kami yakni mengangkat derajat para perajin menjadi artisan,” kata Renitasari Adrian selaku program director Bakti Budaya Djarum Foundation. (*/wolipop)