SALISMA.COM (SC) – Burberry membakar koleksi pakaian, aksesori dan parfum senilai 28,6 juta Poundsterling atau sekitar Rp 538 miliar. Barang-barang yang dihancurkan merupakan produk keluaran rumah mode asal Inggris itu yang tidak laku terjual tahun lalu.
Barang-barang tak terjual terpaksa dihancurkan untuk mencegah terjadinya pencurian oleh staf, atau dijual dengan harga murah. Tujuan utamanya untuk mempertahankan imej Burberry sebagai brand fashion high-end.
Burberry mengklaim hasil pembakaran dari barang-barang tak terjual tersebut dikumpulkan untuk diubah menjadi energi. Mereka memastikan proses pembakaran yang dilakukan tidak atau sangat minim bisa merusak lingkungan.
“Burberry menjalankan proses ini dengan hati-hati untuk meminimalisir tumpukan stok yang kami produksi. Ketika melakukannya (menghancurkan produk) kami juga melakukannya secara bertanggungjawab dan kami terus mencari cara untuk mengurangi dan memanfaatkan kembali limbahnya,” ujar juru bicara Burberry, seperti dilansir wolipop yang mengutip dari BBC.
Parfum menjadi produk Burberry yang paling banyak dihancurkan. Setelah menyepakati perjanjian kerjasama dengan perusahaan parfum raksasa Coty dan berencana membuat stok parfum yang baru, maka Burberry harus membuang produk-produk lama yang nilainya mencapai miliaran rupiah.
Selama beberapa tahun terakhir, Burberry telah melakukan berbagai usaha untuk membuat brand-nya kembali eksklusif, setelah melalui fase di mana para pemalsu produk terus-terusan memproduksi barang tiruan. Menghancurkan produk yang tidak laku merupakan bagian dari proses tersebut.
“Alasan mereka melakukan ini agar pasar tidak dibanjiri barang-barang diskon. Mereka tidak mau produk-produk Burberry jatuh ke tangan siapapun yang bisa menjualnya dengan harga diskon dan menurunkan nilai brand,” kata Maria Malone, pengajar bisnis fashion di Manchester Metropolitan University.
Burberry bukan satu-satunya perusahaan yang stok barang mewahnya berlebih, Richemont, perusahaan yang menaungi Cartier dan Montblac, harus membeli kembali jam tangan mewah mereka senilai 430 juta Poundsterling atau sekitar Rp 8 triliun dalam dua tahun terakhir. Sejumlah analis mengatakan beberapa bagian dari jam tangan tersebut akan didaur ulang, namun sebagian besar dibuang.
Aksi buang dan menghancurkan produk yang tak terjual ini rupanya membuat aktivis lingkungan geram. Alih-alih melindungi brand dan produk, tindakan mereka dinilai justru berpotensi merusak lingkungan dan mubazir.
“Kendati berharga mahal, Burberry tidak menunjukkan rasa menghargai terhadap produk-produk mereka sendiri dan kerja keras dan sumber daya alam yang mereka gunakan untuk membuatnya,” kata Lu Yen Roloff, perwakilan dari Greenpeace.
Dia melanjutkan, “Stok yang kelebihan dan produksi yang terlalu banyak terus bertambah, bukannya memperlambat produksi, mereka malah membakar baju dan produk-produk bagus jadi abu.”
Menurut Lu Yen lagi, Burberry hanya satu dari sekian banyak sisi gelap industri fashion. Salah satu contohnya tindakan mereka membakar barang-barang mahal. (wolipop)