oleh

Lebih Dari 25 Tahun Pengalaman Perhotelan, M Isa Yakin Khas Pekanbaru Bisa Bersaing di Industri Perhotelan

SALISMA.COM, PEKANBARU – Ada yang menarik jika mengikuti perjalanan karir M Isa Ismail Rauf. Dia memulai karirnya dari kitchen (dapur).

“Awalnya, saya tidak pernah berminat bekerja di hotel. Tapi dalam perjalanan hidup, saya justru besar di hotel,” kata General Manager Khas Pekanbaru Hotel ini.

Isa memulai karir dalam industri perhotelan di bidang manajemen food & beverage dengan mendapatkan peran yang semakin senior dalam operasional dan manajemen penjualan kamar.

Lebih dari 25 tahun pengalaman sebagai posisi manajerial senior di industri perhotelan, khususnya di akomodasi hotel atau resort.

Isa memiliki gelar Sarjana Bisnis Manajemen Perhotelan dari Victoria University of Technology di Melbourne diakreditasi oleh Australian Institute of Hospitality Management and Hotel.

“Tahun 1993, saya ikut kakak saya di Australia. Singkat cerita saya tertarik dengan anak-anak yang sekolah di dunia perhotelan. Mereka selalu berpenampilan rapi, sementara dulu di Indonesia tidak seperti itu,” ujarnya.

Belajar dari Waktu ke Waktu

Selama di Australia, ada pelajaran sederhana namun sangat membekas bagi M Isa Ismail Rauf. “Di Australia saya bisa merasakan betapa merdunya suara adzan. Itu pelajaran pertama yang tidak saya dapat di Indonesia,” ujarnya.

Kalau di Indonesia, seruan suara adzan selalu menggema setiap lima waktu, suasana seperti ini tidak akan didapatkan di Australia.

“Sampai nangis saya. Azan hanya dengar dalam ruangan saja. Jangan pernah menyia-nyiakan sesuatu yang sebenarnya kita dapat banyak, tapi itu tidak pernah kita anggap,” sebutnya.

Layaknya hidup di perantauan, Isa tumbuh sebagai pemuda pekerja keras.

Rasa malu harus dibuang jauh, semangat bertahan terus dipupuk dan dia akan melakukan pekerjaan apapun tanpa mengeluh.

Ada banyak pelajaran non akademis yang Isa dapatkan sehingga membentuk karakter dan jati dirinya terutama di dunia karir.

“Semuanya sangat berharga bagi saya karena pengalaman-pengalam itu memberi saya etos kerja pada saya,” tuturnya.

Hidup di Lingkungan Budaya Kerja Keras

Bagi M Isa Ismail Rauf, budaya kerja di Australia juga jauh berbeda dengan di negeri kelahirannya, Indonesia.

Budaya kerja keras di Negeri Kangguru itu pun perlahan membentuk karakter Isa.

“Di sana itu, kalau ada karyawan cuma berdiri diam saja, disuruh pulang. Kalau kita kerja di restoran misal, dari dapur kita bawa sesuatu, balik ke dapur juga harus bawa sesuatu, entah itu piring kotor, apapun lah itu. Kalau nggak ada cari aja sesuatu yang bisa dikerjakan. Budayanya begitu. Jadi nggak boleh bengong.”

Pernah suatu pagi, saat Isa memegang tanggung jawab untuk mengurus restoran di sebuah kantor di Australia.

Ketika masuk, ada satu orang Itali tengah ngepel lantai. Melihat Isa masuk orang itu mempersilahkannya untuk melintas.

“Siangnya saya tahu kalau yang ngepel tadi pagi adalah pemilik restoran,” tuturnya. “Yang seperti ini membuat saya jadi lebih matang di dunia kerja.”

“Orang yang punya duit banyak aja masih mau ngepel. Artinya ketika seseorang sudah mendapat posisi tinggi bukan berarti dia tidak boleh mengambil pekerjaan di bawahnya.”

Pulang ke Tanah Air

Total 7 tujuh tahun M Isa Ismail Rauf menimba pengalamannya di Negeri Kangguru. Setelah balik ke Indonesia dan bekerja di salah satu hotel Prancis di Jakarta dengan jabatan asisten F&B Manager.

Layaknya orang yang berkarir di dunia perhotelan, pindah-pindah jabatan dan tempat kerja adalah hal yang biasa.

Hingga Isa pun menjabat sebagai Bar Manager di salah satu hotel lokal, lalu naik kembali menjadi F&B Manager.

“Di situlah saya dapat mentor. GM saya waktu itu dekat sekali dengan saya. Mulai dari pagi sampai malam dengan saya. Sarapan pagi, makan siang, makan malam saya harus menemani dia ngobrol.”

“Kalau duduk sama dia, sering ditanya, Isa, itu tamu yang cewek dari perusahaan mana? Dan saya harus tahu. Hampir setiap tamu itu saya dituntut untuk tahu detail,” ungkapnya.

Terus kalau lagi makan, ada buffet, dia tanya buffet kedua apa isinya? Artinya ada sistem dan pola yang harus kita baca, kalau kita F&B tentunya sudah tahu apa isi buffet kedua. Kalau polanya nggak kita ikuti, pasti kita nggak bisa jawab. Sampai segitunya beliau mengajari saya.”

Di hotel ini Isa mengabdikan diri sekitar tiga tahunan. Tahun 2000, itu dia kembali melanjutkan pendidikan di Australia. Pada titik ini Isa sudah mendapatkan kemapanan secara finansial.

Oleh sebab itu, jika bicara soal karir Isa di perhotelan, maka di mulai dari kitchen (dapur) di salah satu restoran Italia. Bukan cuma resep, standar rasa masakan Italia sudah sangat melekat di lidah Isa.

“Indonesian food dan Italian food secara gastronominya nggak jauh berbeda. Masakan Indonesia itu lebih banyak rempah, dalam masakan Italia lebih kepada original taste dan mengandalkan saos dan tidak seheboh kita di Indonesia, jadi simpel lah.

Di restoran ini, dia sudah dapat posisi yang bagus yakni sebagai Department Head untuk membidangi restoran, lounge, bar, meeting room dan kitchen.

Setelah empat tahun bekerja, pendidikannya selesai dan dia memutuskan untuk kembali ke tanah air pada tahun 2004.

Ketika itu Isa menghubungi salah satu kenalannya yang merupakan bos sebuah hotel milik orang Prancis.

“Pak saya mau pulang, ada posisi nggak untuk saya?”.

“Saya punya dua posisi. Satu di Balik Papan, satu di Bali,” jawabnya.

Akhirnya Isa memilih untuk mengambil posisi untuk mengelola salah satu hotel di Bali.

Memulai Karir Sebagai Sales

Di sini, Isa memulai karirnya dari awal yakni di bidang sales atau pemasaran. Salah satu tantangannya, di tahun itu Bali masih dalam suasana teror bom.

Sektor pariwisata anjlok karena para turis menahan diri untuk datang ke pulau ini atas dasar keamanan.

“Karena posisi saja sales, saya harus turun setiap hari dan Alhamdulillah selalu saja saya dapat klien baru,” ungkapnya.

Waktu itu suasana sangat jauh berbeda. Tamu yang datang ke hotel cenderung akan menawar tawar harga kamar.

Karena memang di Bali ketika itu tak ada tamu. Sehingga mereka menganggap di hotel mana saja pasti dapat kamar.

“Waktu itu saya di Nusa Dua tapi cari kliennya di Kuta, Sanur, jauh-jauh. Itu lah. Keliling. Itu bagian dari perjuangan lah ya,” ungkap M Isa Ismail Rauf.

Secara umum, dia tak perlu beradaptasi dengan pekerjaan baru. Namun saat itu Isa berpikir bahwa dia harus membangun sebuah data base untuk membangun relasi dengan klien.

Baginya data base adalah modal paling besar untuk keberlangsungan perusahaan.

Sekitar setahun di Bali, tahun 2005 Isa balik ke Jakarta bergabung dengan salah satu hotel dari Prancis. Kurang lebih setahun, Isa lalu dipanggil oleh tempatnya bekerja dulu.

“Kebetulan dia teman lama, tapi sudah jadi GM. Di sini saya bisa bertahan hingga 14 tahun. terakhir jabatan saya pegang Regional Director Sales, klien yang saya pegang sampai Paris, Rusia, Jepang ada sedikit, paling banyak Eropa.”

Berlabuh di Khas Pekanbaru Hotel

Singkat cerita, seiring berjalannya waktu, PT Wijaya Karya Reality mempercayakan Khas Pekanbaru Hotel dipimpin oleh M Isa Ismail Rauf terhitung 9 September 2022.

Dia dianggap punya gagasan dan terobosan besar untuk mengembangkan hotel berbasis Moslem Friendly itu.

Isa percaya ke depan Khas Pekanbaru punya kesempatan lebih besar untuk bersaing di dunia perhotelan, khususnya di Riau.

“Pengalaman lebih dari 20 tahun sebagai posisi manajerial senior di industri perhotelan khususnya di akomodasi hotel, di mana saya dapat berbagi pengalaman dan pengetahuan profesional saya tentang bagaimana industri beroperasi.”

“Ini sangat selaras dengan tujuan pemilik dan operator hotel,” ujarnya. (Sumber : bertuahpos.com)