oleh

Janda Muda Suka Foya-Foya, Ternyata Bandit Curanmor

SALISMA.COM (SC), SIDOARJO – Jajaran kepolisian di Sidoarjo, Jawa Timur pada Senin malam lalu (19/9) membekuk janda muda bernama Khosiah (26). Pasalnya, ibu satu anak itu bukanlah perempuan baik-baik.

Berdasarkan catatan polisi, Khosiah ternyata bandit spesialis pencuri sepeda motor alias curanmor.  Sudah 12 kali ia beraksi menggasak sepeda motor dan hasilnya untuk foya-foya.

Khosiah berasal dari Pandaan, Pasuruan. Namun, untuk urusan curanmor, ia menyasar wilayah Sidoarjo.

Tapi petualangan Khosiah berakhir di tangan petugas Reskrim Polsek Krembung, Sidoarjo. Ia meringkuk di sel polisi setelah ditangkap pada Senin malam lalu (19/9).

Hanya saja, tak mudah membekuk Khosiah dan komplotannya. Perburuan atas Khosiah bermula ketika seorang korban bernama Nur Lailaltul Fitri melapor ke Polsek Krembung pada 3 Agustus lalu.

Fitri yang tercatat sebagai warga  RT 5/RW 3, Desa Kedungsumur, Krembung, mengaku kehilangan sepeda motor Honda Beat saat berbelanja aksesori. Awalnya, Fitri memarkir sepeda motornya di depan toko di utara SMPN 1 Krembung.

Namun, Fitri lupa mencabut kunci motor yang dalam surat tanda nomor kendaraan (STNK) tertulis milik ayahnya itu. ’’Berdasar keterangan, korban mengaku saat itu tergesa-gesa. Sebab, semua temannya berada di toko,” ungkap Kanitreskrim Polsek Krembung Aiptu Nanang Mulyanto.

Nasib sial menghampiri Fitri. Ternyata, ketika itu ada Khosiah tak jauh dari sepeda motor Fitri.

Tidak sampai lima menit, motor siswa kelas I SMK Islam Krembung itu lenyap. Fitri bahkan sempat mendengar ketika suara mesin motor yang dihidupkan.

Fitri memang langsung bergegas lari ke luar toko. Sayang, usahanya terlambat. Motornya yang bernomor polisi W 3557 VW raib.

Fitri sempat berteriak karena melihat dua pelaku yang melarikan sepeda motor. Seorang pelaku pria menggondol motor curian, sedangkan seorang pelaku lain menunggangi motor Suzuki Satria hitam tanpa pelat nomor. ’’Korban melihat pelaku sempat mengobrol,” ujar Nanang.

Laju motor bandit tersebut sangat kencang. Pelaku tak terkejar. Mereka membawa lari motor ke arah Mojokerto.

Sejak saat itu, polisi berusaha melacak pelaku. Setelah bekerja lebih dari sebulan, polisi berhasil mengendus keberadaan pelaku. ’’Berdasar ciri-ciri dan data yang kami kumpulkan, keberadaan pelaku diketahui,’’ terangnya.

Pelaku adalah Khosiah dan Bintoro, kekasihnya. Khosiah ditangkap di kos di kawasan Pacet, Mojokerto. Saat itu pelaku tidur-tiduran di kamar.

Sementara Bintoro berada di belakang rumah. Begitu tahu ada polisi, Bintoro kabur dengan meloncat dari pintu belakang dan tidak terkejar.  ’’Masih kami kejar. Sangat mungkin pelaku lari ke sekitar Tretes atau Pandaan,” paparnya.

Dulu Khosiah merupakan perempuan baik-baik. Janda satu anak tersebut bercerai dengan suaminya dua tahun lalu. Anaknya yang berumur tiga tahun dan ikut bekas suaminya. Sejak setahun lalu, Khosiah bertemu Bintoro, seorang pria dua anak.

Kepada polisi, Khosiah mengaku sudah 12 kali beraksi. Dia beroperasi di sekitar perbatasan Mojokerto-Sidoarjo. Seingatnya, dia beraksi tiga kali di wilayah hukum Polres Sidoarjo. Yakni, di Krembung, Prambon, dan Sidoarjo Kota. Lokasi sasaran lainnya adalah wilayah Ngoro dan Mojosari.

Khosiah mencari motor yang diparkir agak jauh dari rumah atau tempat pemiliknya berada. Begitu pemilik lengah, motor diembat. ’’Biasanya di tempat sepi dan pinggir jalan raya,” tuturnya.

Saat beraksi, keduanya sering mengendarai Suzuki Satria hitam. Motor itu juga hasil colongan di wilayah Mojokerto yang telah dimodifikasi dan ditempeli sejumlah stiker serta beberapa variasi. Tujuannya agar  tidak mudah dikenali pemiliknya atau anggota polisi.

Bintoro menjadi pemetik, lalu Khosiah sebagai joki. Perempuan asal Dusun Kemlandingan, Desa Wedoro, Pandaan, tersebut memang dikenal lihai mengendarai motor. Bahkan, dia biasa ngebut.

Sejak bertemu Bintoro, Khosiah sering ikut balapan liar di beberapa tempat. ’’Misalnya, Porong,” ucap Nanang.

Untuk memuluskan aksinya, Bintoro selalu membawa kunci L dan kunci T. Dengan modal kunci itu, pelaku bisa membawa kabur motor sasaran dalam waktu yang cepat. ’’Kalau mengendarai motor, mereka sama- sama kencang,” terangnya.

Selama menjadi bandit motor, Khosiah tidak tahu-menahu barang curian tersebut dijual ke mana. Khosiah pasrah kepada Bintoro.

Namun, berdasar cerita Bintoro, motor itu dijual di kawasan Pandaan. Khosiah tidak tahu berapa harga motor curian tersebut di pasaran.

’’Yang jelas, Khosiah hanya mendapatkan bagian Rp 200 ribu per motor. Tapi, makan dan minum sehari-hari dibayari Bintoro,” terangnya.

 

(JPNN.com)