SALISMA.COM (SC), JAKARTA – Gedung dengan 21 lapangan itu sudah tampak tua. Namun dari sana, banyak lahir juara dunia dan deretan prestasi yang jadi kebanggaan Indonesia. Sejak 1992, Pelatnas Cipayung sudah menjadi tempat para pebulutangkis Indonesia bekerja keras. Tempat mereka meneteskan keringat dalam balutan semangat. Tempat mereka menempa diri demi prestasi.
Pelatnas Cipayung berlokasi di tepian Jakarta, di tempat yang cukup tenang meskipun tentunya kondisi saat ini tak sesunyi 24 tahun lalu saat baru diresmikan. Namun sebagai perwujudan sebuah pusat pelatihan olahraga, Pelatnas Cipayung masih cukup representatif karena berlokasi strategis, namun tetap jauh dari keramaian dan keriuhan kota Jakarta.
Senin, 31 Oktober, Pengurus Pusat Persatuan Bulu tangkis Indonesia (PP PBSI) mendapatkan nakhoda baru. Wiranto resmi jadi Ketua Umum PBSI menggantikan Gita Wirjawan.
Berbanding terbalik dengan Cipayung yang masih terbilang sepi dan jauh dari keramaian, Wiranto justru menghabiskan hari-harinya dengan penuh kesibukan. Sebagai Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamananan (Menkopolhukam), pastilah Wiranto memiliki kepadatan jadwal dan tugas yang luar biasa.
Namun menghakimi Wiranto sebelum ia memulai hari pertama secara resmi sebagai Ketua Umum PBSI, juga bukanlah tindakan yang tepat. Belum ada yang bisa dinilai dari Wiranto karena jangankan hasil, kebijakan pun belum ada yang ia ambil.
Menjadi Ketua Umum PBSI memang tak lantas berarti harus mencurahkan waktu 24 jam untuk terus fokus di sana. Wiranto tak sampai harus seperti itu untuk dinilai layak jadi orang nomor satu di PBSI.
Wiranto ‘hanya’ perlu menciptakan sistem yang bagus. Sebuah sistem yang diyakini bisa bersinergi mewujudkan impian-impian besar mengembalikan kejayaan dulu kala.
Untuk bisa mewujudkan itu, maka pemilihan orang-orang yang bakal duduk di posisi strategis adalah fondasi awal sejauh mana kepercayaan masyarakat pada Wiranto di PBSI bakal tertanam.
Bila Wiranto mampu meyakinkan publik lewat komposisi staf-nya yang hebat, maka hal itu juga bakal memadamkan keraguan dan debat.
Masalah PBSI di empat tahun ke depan sejatinya cukup rumit. Regenerasi akan berlomba dengan ketahanan pemain senior di level atas. Semua pasti berharap regenerasi hebat lebih dulu muncul ke permukaan sebelum pemain papan atas Indonesia saat ini kehabisan napas.
All England, Kejuaraan Dunia, Piala Sudirman, Piala Thomas/Uber adalah target-target besar yang akan terus membayangi langkah Wiranto dan kawan-kawan saat menjalankan roda organisasi nanti.
Prestasi tinggi, jelas ujung tombak tanda kehebatan performa kepengurusan, namun banyak hal di luar itu yang juga patut diperhatikan. Ini macam kesejahteraan pemain dan pelatih, keharmonisan antar lini, hingga usaha untuk memaksimalkan peran daerah dalam pembinaan.
Di periode sebelumnya, Gita Wirjawan dan timnya sudah berhasil membuat terobosan hebat di bulu tangkis Indonesia. Mereka mampu mengubah sistem kontrak atlet dari awalnya yang kolektif menjadi individu.
Hal ini membuat atlet mendapat uang kontrak yang lebih besar dibandingkan sebelumnya. Hal ini juga diyakini bakal makin termotivasi untuk berprestasi, karena dinilai langsung berkorelasi dengan materi yang mereka terima.
Meski tak sering, frekuensi kehadiran Wiranto di Pelatnas Cipayung juga tetap penting. Wiranto harus bisa mengatur jadwal rutin ke Cipayung, karena itu berarti mendekatkan diri dan mengukuhkan janji untuk mengantar bulu tangkis berprestasi.
Dengan latar belakang militer, Wiranto diyakini bakal siap bertanggung jawab terhadap risiko kegagalan yang dialami oleh tim bulu tangkis Indonesia di masa depan.
Sebagai Ketua Umum, Wiranto pasti bakal berperan sebagai tembok pelindung terhadap setiap kritik yang mengarah ke PBSI di masa depan.
Namun kata ‘tanggung jawab’ tidak lantas menyelesaikan semuanya. Wiranto juga harus menghindari sikap anti-kritik dari luar sehingga ia bisa benar-benar mengoreksi hal-hal yang kurang bekerja maksimal di lingkar dalam.
Suara-suara itulah yang harus didengar telinga Wiranto di tengah kesibukannya sebagai seorang pejabat. Suara dari Pelatnas Cipayung yang jauh dari keramaian, suara yang harus bersaing dengan kebisingan informasi tentang berbagai tanggung jawab yang lalu-lalang di telinga Wiranto.
(CNN INDONESIA.com)